Rabu, 03 Juli 2024

Cerita KangMantri tentang Pralon Vertikultur Sayur

Alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke penggunaan lain seperti perumahan, industri dan yang lainnya cukup tinggi di Kota Tasikmalaya. Hal ini berbanding terbalik dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga berakibat pada kebutuhan pangan yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya yang semakin tinggi setiap tahunnya. Pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan – lahan yang belum termanfaatkan bisa menjadi salah satu solusi untuk mendukung kegiatan pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat Kota Tasikmalaya.

Berawal dari latar belakang tersebut, KangMantri selaku penyuluh pertanian lapangan di Kota Tasikmalaya, merasa terpanggil untuk sedikit mengkaji dan meneliti inovasi teknologi budidaya tanaman untuk menjawab permasalahan tersebut di atas. Hal ini diperkuat dari banyaknya alasan dari para petani, khususnya Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ketika diajak untuk bercocok tanam di halaman pekarangan, maka jawaban mereka banyak seputar sempitnya lahan pekarangan dan terbatasnya media tanam sehingga menyebabkan tidak praktis dan ekonomisnya bercocok tanam di halaman pekarangan. Beberapa teknologi budidaya di kaji dan diamati untuk bisa menjawab permasalahan tersebut, mulai dari budidaya tanaman di polibag, budidaya tanaman di botol, budidaya dengan sistem hidroponik dan aeroponik. Dari semua teknologi yang ada, maka dipilihlah sistem vertikultur sebagai solusi bagi petani dan masyarakat yang ingin memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga.

Vertikultur berasal dari bahasa Inggris yaitu vertical dan culture. Vertikultur adalah teknik budidaya lahan sempit, yang menggunakan bidang vertikal sebagai lahan tumbuh. Tujuan vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit secara optimal agar dapat digunakan untuk budidaya tanaman. Sistem pertanian vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk perkotaan dan lahan terbatas (Sihombing et al, 2019). Bentuk dan model pertanian sistem vertikultur ada beberapa jenis.  Bentuk yang ada tergantung kreativitas masing-masing dan kemampuan memanfaatkan bahan yang ada. 

Secara umum dan yang sering dijumpai adalah berbentuk persegi panjang, segitiga, piramid, bentuk anak tangga dengan beberapa undakan, bentuk rak (ditempelkan pada tiang, ditempel di tembok, dan sistem gantung). Bahan yang dimanfaatkan dapat berupa bahan baru atau bekas yang tidak terpakai. Beberapa bahan diantaranya bambu, pipa paralon, kaleng bekas, polibag, pot, saluran talang air alumunium, sampai lembaran karung beras pun bisa. Bahkan, saat ini sudah ada rakitan untuk bertanam vertikultur yang diperdagangkan (Liferdi dan Saparinto, 2016).

Dari semua bentuk dan jenis vertikultur yang ada, KangMantri memilih bahan pralon sebagai bentuk yang paling cocok dan efisien untuk dijadikan solusi budidaya tanaman di lahan pekarangan sempit. Beberapa alasan yang memperkuat pilihan tersebut diantaranya : kemudahan untuk membuat, jumlah populasi tanaman yang dihasilkan, efisiensi media tanam, air dan pupuk juga nilai keindahan yang dihasilkan dari bentuk dan jenis vertikultur yang dihasilkan. Untuk memperkuat alas an tersebut dan agar diperoleh panduan budidaya (SOP) yang tepat, maka KangMantri menjadikan Pralon Vertikultur Sayur ini sebagai bahan kajian dan penelitian di tesis Magister Agroteknologi Universitas Siliwangi dengan judul “Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Interval Waktu Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) pada Sistem Vertikultur” .

Di dalam penelitian, dilakukan pengkajian dan penelitian terkait tinggi pralon, jumlah polulasi, jarak tanam, jenis tanaman, media tanam, volume penyiraman dan pemupukan. Tahapan tersebut tidak lepas dari bimbingan, arahan dan masukan dosen-dosen pembimbing dan penguji dari Universitas Siliwangi diantaranya Prof Dr Hj Ida Hodiyah, Dr Dedi Natawijaya, Prof Dr H Rudi Priyadi, Prof Dr H Budy Rahmat dan Dr H Suhardjadinata

Alhamdulillah setelah melewati tahapan penelitian dan pengkajian lapangan, inovasi pralon vertikultur ini bisa membawa kangmantri menyelesaikan tesis dan pendidikan di Pascasajrana Universitas Siliwangi dengan hasil yang sangat memuaskan dan menjadi lulusan terbaik dengan IPK tertinggi pada Wisuda Magister Agroteknologi periode Maret 2024. 

Dalam rangka menyempurnakan hasil penelitian maka dilakukan demplot dan pengkajian lapangan dan juga mensosialisasikan hasil penelitian kepada sasaran yang diantaranya Kelompok Wanita Tani di lingkup BPP Cipedes (Kec Cipedes, Cihideung dan Tawang) Kota Tasikmalaya. Pada kesempatan lain, KangMantri mencoba mengikuti Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna yang di selenggarakan oleh Badan Penelitian Pengembangan Daerah Kota Tasikmalaya dan memperoleh apresiasi menjadi juara ke-3.

      Untuk penyebarluasan inovasi Pralon vertikultur sayur ini, KangMantri menyampaikannya dalam penyuluhan-penyuluhan, pelatihan-pelatihan dan pelaksanaan demplot/percontohan baik di kebun KWT, Kelompok Tani, Kelurahan dan Lorong KATASIK. Beberapa KWT sudah melaksakanan di kebun KWT mulai dari proses pembuatan sampai dengan budidaya dengan panduan yang ada. KangMantri berharap inovasi ini bisa bermanfaat dan digunakan oleh masyarakat dalam rangka solusi bertani di pekarangan sempit.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar